Sabtu, 20 Desember 2008

IndieCult.....Megalomaniac #25 : Snobs!


IndieCult
Megalomaniac #25 : Snobs!

Snobs!

Are you among the snobs? Mereka ini adalah manusia-manusia yang menganggap diri mereka lebih superior dari orang-orang sekitarnya, biasanya sih karena mereka menganggap diri mereka punya pengetahuan yang ‘lebih’ tentang suatu hal tertentu, mangkenye bisa sombong!

Namun, bukan sekedar sombong, tapi kesombongan yang dihighlight dan diekspos secara maksimal. Misalnya, dengan menggunakan istilah-istilah aneh pas lagi ngomongin topik yang dikuasainya, tujuannya supaya yang ngedenger makin gak mudeng dan makin terendahkan secara intelektual. Yang juga sering terjadi, mereka membentuk perkumpulan eksklusif yang terdiri dari orang2 yang mereka anggap memiliki kadar ‘intelektual’ yang sama dengan mereka, lalu kemudian membuat penggolongan ‘highbrow’ dan ‘lowbrow’ terhadap suatu topik. Yang masuk kategori highbrow tentunya adalah yang mereka anggap memenuhi standar mereka, cultured, intelek, atau apa pun istilahnya. Sementara yang lowbrow adalah yang uncultured, cupu, atau terlalu ‘biasa’.

Mereka ini pun menyurup dalam bermacam-macam spesies. Food Snobs misalnya, adalah orang-orang yang merasa diri mereka sangat gourmet-literate. Tau segala macem istilah kuliner, sampai pada extent yang sangat annoying. Semacam tipe-tipe yang bakalan dateng ke restoran fast food, dan mesen burger sambil bilang “Saya mau double cheese burger, tapi make sure itu ‘single double’, beef patties-nya harus tepat berada di dua slice of cheese. Pake onion juga, I love them. Tapi tolong jangan di-slice. Make it chopped and blackened into the cheese. Oh iya, and please make the patties medium rare.” Yep! Tipe-tipe yang membuat para waiter/waitress budiman itu ingin mendagorkan kepala mereka ke tembok, atau minimal menyisipkan buntut cicak dalem makanannya. Hellooo... is it too degrading for you guys to just order it from the normal package, with one large coke and french fries? Of course it is! Begitu kata mereka.

Lalu tentu aja ada film snobs yang doyan meng-quote dialog dari film-film antah berantah, dan terbelalak sambil geleng2 penuh rasa prihatin ketika lo gak ngeh kalo kata-kata mereka itu di-quote dari film. Atau music snobs yang minimal punya dua puluh giga lelaguan dari musisi-musisi paling obscure dari sekujur penjuru dunia. Wine snobs, art snobs, weather snobs, sneakers snobs, even bag snobs! They’re everywhere flaunting their snobbery to the world. David Kamp dan Lawrence Levi bahkan bikin buku The Film Snob’s Dictionary dan The Rock Music Snob’s Dictionary for you all to read. And seriously, buku-buku sejenis yang merayakan ‘kesombongan’ ini banyak sekali beredar diluar sana!

Actually, gak jelek juga keberadaan mereka ini. Paling tidak, lebih baik dikelilingi sama puluhan orang yang bener-bener tahu mendalam sama hal-hal yang mereka cintai daripada sama makhluk-makhluk otak kosong yang kerjaannya cuma bengong melompong gak tau apa-apa. At the very least, snobs do contribute to our development of culture, while the empty-headeds cuma bisa cengenges-cengenges, yaiks!(www.provoke-online.com/inside_provoke_detail.php?category=IC0006&id=IN0161)

Tidak ada komentar: